Rabu, 24 Agustus 2016

Contoh Pidato




Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
  Yang terhormat ibu penguji ujian praktek Bahasa Indonesia dan teman-teman 9B yang saya sayangi.
  Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat walafiat amin.
  Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih karena kerelaan waktu ibu dan juga teman-teman yan mau mendengarkan pidato saya.
   Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih karena dapat berdiri disini untuk menyampaikan informasi tentaang pendidikan karakter dan peranannya  selain itu  kita dapat mengetajui pendidikan karakter.
   Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia yang memiliki tanggung jawab yang tinggi kepada seseorang yang memerlukan bimbingan ataupun pertolongan menuju kearah tujuan tertentu.Selain itu arti dari pendidikan karakter adalah suatu proses yang dilakukan manusia ke manusia lain yang bertujuan untuk mengenali sifat atau karakter nya.
   Selain itu pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting bagi anak-anak dalam masa tumbuhan.Pentingnya lembaga pendidikan bagi anak-anak akn memberikan dampak bahwa anak-anak akan lebih mengenali karakternya sedari awal.Sekarang ini banyak lembaga pendidikan yang lebih mengembangkan pendidikan karakter daripada pendidikan formal seperti hal nya PAUD.Tak hanya disekolah atau lembaga pendidikan menumbuhkan karakter pada anak dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dengan cara diajak berbicara yang baik-baik,tidak melakukan hal-hal yang berpotensi anak akan meniru pula,dan ditanamkan pendidikan religius dalam kehidupan sehari-hari.Hal yang dianggap sepele padahal dapat membentuk karakter anak yaitu ketika orang tua memberi hukuman  jika anak melakukan kesalahannya,anak pun tidak dapat melarangnya begitu saja karena telah ada alasannya yang masuk akal,jika tidak ada alasannya yang tidak sesuai maka akan menumbuhkan karakter yang kurang baik.
   Selain itu,jangan sekali-kali orang tua melakukan kekerasan fisik seperti memukul,mencubit,menjewer,atau bentuk kekerasan lainnya karena akan berdampak yang kurang baik bagi psikologis anak.Anak yang biasa menndapatkan perilaku kekerasan pada orang tuanya kebanyakan memiliki karakter nakal atau sulit diatur cara yang paling yaitu dengan pendekatan atau dilarang dengan nada yang halus dan mudah dipahami oleh anak.
   Aspek nilai yang harus dilakukan oleh orang tua dalam proses perkembangan pendidikan karakter yaitu nilai sosial seperti contoh ketika ada nenek tua menyebrang di jalan yang ramai maka anak harus membantu untuk menyebrangkan nenek itu,ldalam kegiatan itu orang tua dapat menjelakan pada anak bahwa apa saja manfaat yang dapat kita peroleh dalam membantu sesamanya,selain nilai sosial,nilai agama juga dapat dikembang dalam pembentukan karakter pada anak seperti diajarkan mengaji,solat,dan kegiataan keagamaan lain mulai dari usia dini.
   Dari pidato ini hal yang paling penting bahwa pendidikan karakter sangatlah dibutuhkan untuk proses pertumbuhan anak usia dini,selain itu pendidikan karakter harus melibatkan peran aktif guru dan juga orang tua di sekoalh maupun di rumah. Pendidikan karakter di Indonesia belum terlalu baik daripada negara-negara lain.Pemerintah juga harus berperan aktif guna menumbuhkan karakter anak di sekolah atau lembaga pendidikan.
   Cukup sekian informasi yang dapat saya sampaikan , jika ada sumur di ladang jangan lupa menumpang mandi,jika ada umur yang panjang jangan lupa bertemu lagi Bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati sekalian mohon dimaafkan.Atas perhatian ibu dan teman-teman saya ucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.




Pancasila Sebagai Sebuah Sistem



APAKAH PANCASILA ITU BISA DIKATAKAN SEBAGAI SUATU SISTEM ?

Sistem adalah suatu kesatuan bagian – bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.   

Suatu hal bisa dikategorikan atau dikatakan sebagai sistem jika memiliki ciri – ciri lazim sebagai berikut :

1.      Suatu kesatuan bagian – bagian
2.      Bagian – bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri – sendiri
3.      Saling berhubungan, saling ketergantungan
4.      Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
5.      Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Untuk menarik kesimpulan apakah pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem, maka kita perlu menganalisa satu persatu melalui ciri – ciri yang tersebut diatas, antara lain :

1.      Suatu Kesatuan bagian – bagian

Susunan Pancasila mempunyai bentuk piramidal. Piramidal dalam hal ini diambil dari pengertian matematika, dimana dipergunakan untuk menggambarkan hubungan sila – sila dari Pancasila dalam urut – urutan luas dan juga dalam hal sifat – sifatnya. Jika dilihat dari intinya, urut – urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi – sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila – sila yang dimukanya. Jika urut – urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian, maka di antara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, seperti dapat kita rumuskan sebagai berikut :
·         Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai oleh sila – sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
·         Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi dan dijiwai oleh sila - sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila – sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
·         Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai  oleh sila – sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah meliputi dan menjiwai sila – sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
·         Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila - sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia adalah meliputi dan menjiwai sila – sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
·         Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila – sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.





2.      Bagian – bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri – sendiri

Fungsi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa
- Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
   menurut agamanya
- Tidak memaksa warga negara dalam pelaksanaan beragama
- Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama
- Negara sebagai pelindung seluruh warga negaranya, apapun agama dan
   kepercayaan yang dianutnya tanpa melakukan diskriminasi

Fungsi dari sila Kemanusian yang Adil dan Beradab
- Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan
- Menjunjung tinggi hak asasi manusia

Fungsi dari sila Persatuan Indonesia
-  Menumbuahkan Nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, menggalang persatuan
   dan kesatuan bangsa, menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan
   maupun warna kulit dan keturunan, menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan

Fungsi dari sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
- Menciptakan proses dan mekanisme pengambilan keputusan yang demokratis

Fungsi dari  sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
-
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat
- Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagian bersama
   menurut potensi masing-masing
- Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
   dengan bidangnya.

3.      Saling Berhubungan, saling Ketergantungan

Penjabaran dari tiap sila – sila yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dapat kita simpulkan sebagai berikut : bahwa hakikatnya adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima yaitu Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan ( Sila 1 ). Adapun manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok Negara, karena Negara adalah lembaga kemanusiaan, Negara adalah sebagai persekutuaan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia ( Sila 2 ). Maka Negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu ( Sila 3 ). Sehingga terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Maka rakyat pada hakikatnya merupakan unsur Negara di samping wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah sebagai totalitas individu – individu dalam Negara bersatu ( Sila 4 ). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan lain perkataan Keadilan Sosial ( Sila 5 ) pada hakikat sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut Negara.
Dari uraian – uraian diatas dapat kita perhatikan bahwa memang sila – sila yang terkandung didalam Pancasila saling berhubungan dan saling ketergantungan sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh, maka dengan demikian pada hakekatnya Pancasila merupakan sistem.

4.      Kesemuanya dimaksud untuk mencapai Tujuan bersama

Jika kita perhatikan pada analisa tentang hubungan dan ketergantungan sila – sila dari Pancasila diatas, sebetulnya dari hubungan – hubungan tersebut dapat kita perhatikan bahwa tiap – tiap sila yang ada menempatkan manusia / rakyat sebagai subjek pendukung pokok sila – sila Pancasila.
Manusia sebagai pendukung pokok sila – sila Pancasila memiliki hal – hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rokhani.

Dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa kesemua sila – sila yang terkandung dalam Pancasila memiliki satu tujuan pokok yang sama yaitu menghasilkan manusia – manusia Indonesia yang berketuhanan yang maha esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5.      Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “kompleks” mempunyai arti “himpunan kesatuan” atau “saling berhubungan”. Himpunan kesatuan / saling berhubungan disini maksudnya adalah jika sila – sila dari Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh dari tiap – tiap silanya dan tiap – tiap silanya saling berhubungan. Seperti yang telah kami uraikan diatas baik dari ciri – ciri sistem nomor 1 sampai dengan nomor 4, maka kita dapat memperhatikan bahwa memang pancasila terjadi dalam lingkungan yang saling berhubungan dan mempunyai kesatuan pada sila – silanya.            
Kesatuan sila – sila pada Pancasila tidak akan mencapai fungsi sebagai Pandangan Hidup, Ideologi dan Dasar Negara jika satu sila terpisah dari sila lainnya dengan kata lain setiap sila tidak dapat berdiri sendiri.


KESIMPULAN : Dari semua ciri – ciri lazimnya suatu hal dikatakan sebagai suatu sistem, maka dapat dipastikan bahwa jawabannya adalah YA, PANCASILA ITU  BISA DIKATAKAN SEBAGAI SUATU SISTEM dengan memperhatikan uraian – uraian diatas ( nomor 1 – 5 ).

                                                  




Contoh Pidato Bahasa Jawa

PENGETAN DINTEN KARTINI
Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nuwun
    Bapak  kepala sekolah SMPN 01 Banyubiru  ingkang satuhu pakurmatan,bapak ibu guru satuhu kinurmatan saha  kanca-kanca kelas 7 ngantos 9 ingkang kula tresnani.
    Puji syukur kula aturaken dumugi gusti ingkang maha agung bilih dinten menika saged kempal  ing adicara punika kanthi kawontenan sehat walafiat.
    Mboten kesupen kula ngaturaken panuwun dhumateng para sederek sampun kepareng nglonggarake wekdal seged sowan ing pengetan punika kanthi kersa paring berkah pangestu.
     Para rawuh ingkang kula hormati ,
    Raden Ajeng Kartini sampun mulihake hak kaum estri ingkang sampun dirampas dening  penjajah.Raden Ajeng Kartini mboten naming brejuang kangge  kangge kelompok kaliyan golonganipun,ananging Raden Ajeng Kartini berjuang kangge kita sedaya.Raden Ajeng Kartini menika golongan bangsawan.nanging Raden Ajeng Kartini purun  berjuang kangge kita terutama kaum estri. Raden Ajeng Kartini ngadadekake sekolah pawestri,supados tiyang estri ugi pinter,kados tiyang kakung.Amargi perjuanganipun  Raden Ajeng Kartini kaum estri dados kaya tiyang kakung. Nanging ing jaman saiki,ingkang marai Kartini sedih ,kathah para tiyang estri sami klintu arahipun.
    Raden Ajeng Kartini berjuang nuju emansipasi/hak sami antasipun priya kaliyan wanita,ananging tetep kodrat estri mboten sami kaliyan priya.Tetep tiyang kakung menika pemimpen wanita.
    Cekap semnaten atur kula kirang trapsila  saha kathah kalepataning angen kula matur,kula nyuwun pangapunten.
    Matur nuwun
Wassammualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
   



    

TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI DAN PEMIKIRANNYA



TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI DAN PEMIKIRANNYA

Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/images.jpeg?w=132&h=186 
1.      Auguste Comte : Sosiologi Positivis,Prancis (1798-1857)
Biografi
Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di École Polytechnique di Paris. École Polytechnique saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.

Pemikiran
Auguste Comte sangat prihatin terhadap anarkisme yang merasuki masyarakat saat berlangsungnya revolusi perancis. Oleh karena itu Comte kemudian mengembangkan pandangan ilmiahnya yakni positivisme atau filsafat sosial untuk menandingi pemikiran yang dianggap filsafat negative dan destruktif. Teori Auguste Comte, Positivisme, mengklaim telah membangun teori-teori ilmiah tentang masyarakat melalui mpengamatan dan percobaan untuk kemudian mendemonstrasikan hokum-hukum perkembangan sosial. Metode ilmiah yang mampu mengukur secara objektif mengenai struktur social.
Sebagai usahanya, Comte mengembangkan fisika social atau disebutnya juga sebagai sosiologi. Comte berupaya agar sosiologi meniru model ilmu alam agar motivasi manusia dapat dipelajari layaknya ilmu fisika atau kimia. Ilmu baru ini akhirnya menjadi ilmu dominan  yang mempelajari statika sosial (struktur sosial) dan dinamika social (perubahan social).
Auguste Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupa social yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya tentang Teori Tiga Tahap Perkembangan Masyarakat, yaitu bahwa masyarakat berkembang secara evolusioner dari tahap Teologis (percaya terhadap kekuatan dewa), melalui tahap Metafisik (percaya pada kekuatan abstrak), hingga tahap Positivistik (percaya terhadap ilmu sains). Pandangan evolusioner ini mengasumsikan bahwa masyarakat, seperti halnya organisme, berkembang dari sederhana menjadi rumit. Dengan demikian melalui sosiologi diharapkan mampu mempercepat positivisme yang membawa ketertiban pada kehidupan sosial.



                                              Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/karl-marx-602-t-232x250xffffff-rw.jpg?w=162&h=175
2.      Karl Marx: Sosiologi Marxis,Jerman (1818-1883)
Biografi
Karl Marx, lahir pada tanggal 5 mei 1818 di kota Trier daerah Rhein, di Prusia Jerman. Karl Marx mewarisi kecerdasan yang luar biasa dari kedua orang tuanya. Ayahya Hendrich Marx dan ibunya Henriette. Keduanya berasal dari Rabbi Yahudi. Kendati demikian Marx besar melalui proses pendidikan sekuler dan kemudian menjadi pengacara ternama dan melangsungkan perkawianan dengan Jenny Von Westphalen seorang aristokrat non Yahudi, dan hidup bersamanya sepanjang hidupnya dan sejak kecil.
Masa kuliah, Karl Marx dipengaruhi Hegelianisme yang masih berjaya, disamping oleh pemberontakan Feuerbach terhadap Hegel menuju materialisme. Ia terjun ke dunia jurnalisme, tetapi Rheinische Zeitung, jurnal yang ia sunting, diboikot oleh pemerintahan lantaran pemikiran radikalinya.
Pengalaman keagamaan Karl Marx sedikit unik,. Pada usia 6 tahun, Karl Marx sekeluarga dibabtis sebagai penganut Protestan pada Gereja Luteran. Upaya ini dilakukan sebagai strategi politik, karena tekanan politik penguasa. Bahwa keinginan ayahnya untuk menjaga pemapanan sosial ekonominya melalui profesional sebagai pengacara. Tapi bagi Karl Marx, proses keberagamaan ayahnya yang lebih dipengaruhi oleh kesadaran politik sangat mengganggu sikap mental atau kesadaran kejiwaan Karl Marx.

Pemikiran
Karl Max melalui pendekatan materialism historis percaya bahwa penggerak sejarah manusia adalah konflik kelas. Menurut Marx, bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh terhadap dinamika sosial.  Marx memandang bahwa kekayaan dan kekuasaan itu tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat. Oleh karena itu kaum penguasa yang memiliki alat produksi (kaum borjuis/kapitalis) senantiasa terlibat konflik dengan kaum buruh yang dieksploitasi (kaum proletar).
Sosiologi Marxis tentang kapitalisme menyatakan bahwa produksi komoditas mau tak mau keseluruhan merefleksikan pengejaran keuntungan ini. Nilai-nilai produksi merasuk ke semua bidang kehidupan. Segala sesuatunya, penginapan penyedia informasi, rumah sakit, bahkan sekolah kini menjadi bisnis yang menguntungakan. Tingkat kentungannya menentukan berapa banyak staf dan tingkat layanan yang diberikan. Inilah maksud Marx bahwa infrastruktur ekonomi menentukan suprastruktur (kebudayaan, politik, hokum, dan ideologi).
Pendekatan sosiologi Marxis menyimulkan mengenai ide pembaruan social yang terbukti sebagai ide yang hebat pada abad ke XX, yakni sebagai berikut (Osborne, 1996:50), semua masyarakat dibangun atas dasar konflik, penggerak dasar semua perubahan sosial adalah ekonomi, masyarakat harus dilihat sebagai totalitas yang di dalamnya faktor ekonomi adalah dominan, perubahan dan perkembangan sejarah tidaklah acak, tetapi dapat dilihat dari hubungan manusia dengan organisasi ekonomi individu dibentuk oleh masyarakat, tetapi dapat mengubah masyarakat melalui tindakan ilmiah yang didasarkan pada premis-premis ilmiah (materialism historis), bekerja dalam masyarakat kapitalis mengakibatkan keterasingan (alienasi), dan dengan berdiri diluar masyarakat, melalui kritik, manusia dapat memahami dan mengubah posisi sejarah mereka.
                                               Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/12.jpeg?w=144&h=172
3.      Herbert Spencer : Sosiologi Evolusioner,Inggris (1820-1903)

Biografi
Herbert Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia tak belajar seni dan humaniora, tetapi di bidang teknik dan bidang-bidang utilitarian. Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1846. Selama periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri dan mulai menerbitkan karya ilmiah dan politik. Tahun 1848 Spencer ditunjuk sebagai redaktur The Economist dan gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia menyelesaikan karya besar pertamanya, Social Statics. Selama menulis karya ini Spencer untuk pertama kali mulai mengalami insomnia (tak bisa tidur) dan dalam beberapa tahun berikutnya masalah mental dam fisiknya ini terus meningkat. Ia menderita gangguan saraf sepanjang sisa hidupnya.

Pemikiran
Herbert Spencer mengemukakan Teori Evolusi untuk menjelaskan perkembangan sosial. Logika argumen ini adalah bahwa masyarakat berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi (beradab). Ia berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan berlalunya generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas yang dapat bertahan. Dengan kata lain yang “yang layak akan hidup, sedangkan yang tak layak akan punah”. Konsep ini diistilahkan survival of the fittes. Ungkapan ini sering dikaitkan dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena itu teori tentangevolusi masyarakat ini juga seing disebut dengan nama Darwinisme Sosial.
Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya itu, Spencer sangat populer dikalangan para penguasa yang menentang reformasi. Spencer setuju terhadap doktrin laissez-faire dengan mengatakan bahwa negaratak harus mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif melindungi rakyat. ia ingin kehidupan social berkembang bebas tanpa control eksternal. Spencer menganggap bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilanserta kemiskinanitu juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski pandangan itu banyak ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup dalam tulisan-tulisan populer.

                                                       Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/max_weber.jpg?w=151&h=210
    4.Max Weber : Sosiologi Weber,Jerman (1864-1920)

Biografi
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 dan meninggal di Munich pada 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun karena penyakit paru-paru. Max Weber adalah adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern.
Weber lahir dari keluarga kelas menengah, ayahnya, Max Weber adalah politikus liberal, pegawai sipil dan seorang birokrat yang menduduki posisi politik yang relatif penting dan menjadi bagian dari kekuasaan politik yang mapan. Oleh sebab itu ia menjauhkan diri dari setiap aktivitas dan idealisme yang memerlukan pengorbanan pribadi atau yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kedudukannya dalam sistem. Sedangkan ibunya, Helene Fallenstein adalah seorang Calvinis yang taat, wanita yang berupaya menjalani kehidupan prihatin (asetic) tanpa kesenangan seperti yang sangat menjadi dambaan suaminya. Perhatiannya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat, ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi pertanda bahwa ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi pertanda bahwa ia tak ditakdirkan akan mendapat keselamatan di akhirat.
Perbedaan mendalam antara kedua pasangan ini menyebabkan ketegangan perkawinan mereka dan ketegangan ini berdampak besar terhadap Weber. Keadaan rumah tangga orang tua Weber jauh dari kata damai. Karena tak mungkin menyamakan diri terhadap pembawaan orang tuanya yang bertolak belakang itu, Weber kecil lalu berhadapan dengan suatu pilihan jelas (Marianne Weber, 1975:62). Mula-mula ia memilih orientasi hidup ayahnya, tetapi kemudian tertarik makin mendekati orientasi hidup ibunya. Apapun pilihannya, ketegangan yang dihasilkan oleh kebutuhan memilih antara pola yang berlawanan itu berpengaruh negatif terhadap kejiwaan Weber.
Pada usia 13 tahun, tepatnya pada saat perayaan krimas tahun 1876, Weber menghadiahi orangtuanya 2 essai sejarah yang bertajuk “ About the course of German history, with special references tp the positions of emperor and the pope” dan “ About the Roman imperial period from Constantine to the migration of nations ”. Lebih kurang setahun selepas itu Weber menulis surat-surat dengan bertatah rujukan kepada Homer, Virgil, Cicero dan Livy dan Weber juga telah memiliki pengetahuan yang luas tentang Goethe, Spinoza, Kant dan Schopenhauer sebelum ia memasuki universitas.
Pada usia 18 tahun, Max Weber meninggalkan rumah dan mendaftarkan diri ke Universiti Heidelberg sebagai mahasiswa hukum, meskipun ia mahasiswa hukum, Weber juga meghadiri kuliah ekonomi, belajar medieval history dan teologi dan secara bersela bergabung dangan tentara Jerman di Strasbourg. Weber telah menunjukkan kematangan intelektual, tetapi ketika masuk universitas ia masih tergolong terbelakang dan pemalu dalam bergaul. Sifat ini cepat berubah ketika ia condong pada gaya hidup ayahnya dan bergabung dengan kelompok mahasiswa saingan kelompok mahasiswa ayahnya dulu. Secara sosial ia mulai berkembang, sebagian karena terbiasa minum bir dengan teman-temannya
Setelah kuliah tiga semester Weber meninggalkan Heidelberg untuk dinas militer dan tahun 1884 ia kembali ke Berlin, ke rumah orang tuanya, dan belajar di Universitas Berlin. Ia disana hampir 8 tahun untuk menyelesaikan studi hingga mendapat gelar Ph.D., dan menjadi pengacara dan mulai mengajar di Universitas Berlin. Akhirnya Weber menamatkan gelar doctor dengan tajuk disertase “The history of medieval business organization” pada tahun 1889.

Pemikiran
Max Weber tidak sependapat dengan Karl Marx yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan kekuatan pokok perubahan sosial. Melalui karyanya, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber menyatakan bahwa pandangan kebangkitn religius tertentu (dalam hal ini protestanisme) yang membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Kaum protestan dengan tradisi Kalvinis menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa Tuhan berada dipihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani kehidupan yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat mdal lebih banyak lagi.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah yang disebut sebagai Tindakan Sosial. Menurut Weber, tindakan social dapat memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini disebut verstehen (pemahaman).
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurut Weber, peradaban barat adalah semangat baratyang rasional dalam sikap hidup. Rasional menjelma menjadi operasional (berpikir sistemik langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses yang menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir, professional, dan birokratif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa intervensi Negara.


5.Emile Durkheim : Sosiologi Struktural,Prancis (1859-1917)
Untuk menjelaskan tentang masyarakat, Durkheim (1859-1917) berbicara mengenai kesadaran kolektif sebagai kekuatan moral yang mengikat individu pada suatu masyarakat. Melalui karyanya The Division of Labor in Society (1893). Durkheim mengambil pendekatan kolektivis (solidaritas) terhadap pemahaman yang membuat masyarakat bisa dikatakan primitif atau modern. Solidaritas itu berbentuk nilai-nilai, adat-istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama dalam ikatan kolektif. Masyarakat primitif/sederhana dipersatukan oleh ikatan moral yang kuat, memiliki hubungan yang jalin-menjalin sehingga dikatakan memiliki Solidaritas Mekanik. Sedangkan pada masyarakat yang kompleks/modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun karena terikat oleh pembagian kerja yang ruwet dan saling menggantung atau disebut memiliki Solidaritas Organik .
Selanjutnya dalam karyanya yang lain The Role of Sociological Method (1895), Durkheim membuktikan cara kerja yang disebut Fakta Sosial, yaitu fakta-fakta dari luar individu yang mengontrol individu untuk berpikir dan bertindak dan memiliki daya paksa. Ini berarti struktur-struktur tertentu dalam masyarakat sangatlah kuat, sehingga dapat mengontrol tindakan individu dan dapat dipelajari secara objektif, seperti halnya ilmu alam. Fakta sosial terbagi menjadi dua bagian, material (birokrasi dan hukum) dan nonmaterial (kultur dan lembaga sosial).
Dua tahun kemudian melalui Suicide (1897), Durkheim berusaha membuktikan bahwa ada pengaruh antara sebab-sebab sosial (fakta sosial) dengan pola-pola bunuh diri. Dalam karya itu disimpulkan ada 4 macam tipe bunuh diri, yakni bunuh diri egoistik (masalah pribadi), altruistik (untuk kelompok), anomik (ketiadaan kelompok/norma), dan fatalistik (akibat tekanan kelompok). Berdasarkan hal itu Durkheim berpendapat bahwa faktor derajat keterikatan manusia pada kelompoknya (integrasi sosial) sebagai faktor kunci untuk melakukan bunuh diri. 
                                                            
                                                 Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/georg-simmel.jpg
6.Georg Simmel : Filsafat Uang,Jerman (1858-1919)
Georg Simmel (1858-1919) sangat terkenal karena karyanya yang spesifik tentang tindakan dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah berskala kecil lainnya. Karya-karya Simmel ini nantinya menjadi rujukan tokoh-tokoh sosiologi di Amerika.
Karya yang terkenal dari Simmel adalah tentang Filsafat Uang. Simmel sebagai sosiolog cenderung bersikap menentang terhadap modernisasi dan sering disebut bervisi pesimistik. Pandangannya sering disebut Pesimisme Budaya. Menurut Simmel, modernisasi telah menciptakan manusia tanpa kualitas karena manusia terjebak dalam rasionalitasnya sendiri. Sebagai contoh, begitu teknologi industri sudah mulai canggih, maka keterampilan dan kemampuan tenaga kerja secara individual makin kurang penting. Bisa jadi semakin modern teknologi, maka kemampuan tenaga individu makin merosot bahkan cenderung malas.
Di sisi lain, gejala monetisasi di berbagai faktor kehidupan telah membelenggu masyarakat terutama dalam hal pembekuan kreativitas orang, bahkan mampu mengubah kesadaran. Mengapa? Uang secara ideal memang alat pembayaraan, tetapi karena kekuatannya, uang menjadi sarana pembebasan manusia atas manusia. Artinya uang sudah tidak dipahami sebagai fungsi alat, tetapi sebagai tujuan. Kekuatan kuantitatifnya telah mampu mengukur berbagai jarak sosial yang membentang antar individu, seperti cinta, tanggung jawab, dan bahkan mampu membebaskan atas kewajiban dan hukuman sosial. Barang siapa memiliki uang dialah yang memiliki kekuatan.
                                                  Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/f.jpeg?w=132&h=188
   7.Ferdinand Tonnies : Klasifikasi Sosial,Jerman (1855-1936)
  Ferdinand Tonnies (1855-1936) mengkaji bentuk-bentuk dan pola-pola ikatan sosial dan organisasi sehingga menghasilkan klasifikasi sosial. Menurut Tonnies, masyarakat itu bersifat gemeinschaft (komunitas/paguyuban) atau gesselschaft (asosiasi/ patembayan).
Masyarakat gemeinschaft adalah masyarakat yang mempunyai hubungan sosial tertutup, pribadi, dan dihargai oleh para anggotanya, yang didasari atas hubungan kekeluargaan dan kepatuhan sosial. Komunitas seperti ini merupakan tipikal masyarakat pra-industri atau masyarakat pedesaan. Sedangkan pada masyarakat gesselschaft, hubungan kekeluargaan telah memudar, hubungan sosial cenderung impersonal dengan pembagian kerja yang rumit. Bentuk seperti ini terdapat pada masyarakat industri atau masyarakat perkotaan. Tema dasar Tonnies adalah hilangnya komunitas dan bangkitnya impersonalitas. Ini menjadi penting dalam kajian tentang masyarakat perkotaan.
                                                    Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/h.jpeg?w=614
  8.Herbert Marcuse : One Dimensional Man,Jerman (1898-1979)
Herbert Marcuse (1898-1979) merupakan anggota Mazhab Frankfurt yang setengah hati. Menjadi terkenal selama tahun 1960-an karena dukungannya terhadap gerakan radikal dan anti-kemapanan. Dia pernah dijuluki “kakek terorisme”, merujuk pada kritiknya tentang masyarakat kapitalis, One Dimensional Man (1964) yang berargumen bahwa kapitalisme menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu, kesadaran palsu, dan budaya massa yang memperbudak kelas pekerja.
                                                   Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/dd.jpeg?w=151&h=163
  9.Jurgen Habermas : Komunikasi Rasional,Jerman, 1929
Setelah tahun 1960-an, sosiologi makin menyadari pentingnya faktor kebudayaan dan komunikasi dalam menganalisis masyarakat. Jurgen Habermas (1929- ) menggabungkan kesadaran baru dengan Mazhab Frankfurt. Habermas membicarakan komunikasi rasional dan kemungkinan keberadaannya dalam masyarakat kapitalis. Dalam karyanya The Theory of Communicative Action (1981), Habermas mengemukakan analisis kompleks tentang masyarakat kapitalis dan cara-cara yang mungkin untuk melawan melalui emansipasi komunikatif dan moral.
                                               Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/anton_gramsci_foto_sobre_1922a.jpg?w=158&h=210
  10.Antonio Gramsci: Hegemoni,Italia (1891-1937)
Antonio Gramsci (1891-1937), seorang sosiolog Italia adalah seorang pemikir kunci dalam pendefinisian ulang perdebatan mengenai kelas dan kekuasaan. Konsepnya tentang Hegemoni menjadi diskusi tentang kompleksitas masyarakat modern. Gramsci menyatakan bahwa kaum Borjuis berkuasa bukan karena paksaan, melainkan juga dengan persetujuan, membentuk aliansi politik dengan kelompok-kelompok lain dan bekerja secara ideologis untuk mendominasi masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat berada dalam keadaan tegang terus-menerus.
Ide mengenai hegemoni (memenangkan kekuasaan berdasarkan persetujuan masyarakat) sangat menarik karena pada kenyataannya individu selalu bereaksi terhadap dan mendefinisi ulang masyarakat dan kebudayaan tempat mereka berada. Ide-ide Gramsci selanjutnya banyak berpengaruh pada studi kebudayaan dan budaya populer.
                                                           Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/eeee.jpeg?w=614
  11.Charles Horton Cooley (1846-1929)
Charles Horton Cooley (1846-1929) memandang bahwa hidup manusia secara sosial ditentukan oleh bahasa, interaksi dan pendidikan. Secara biologis manusia tiada beda, tapi secara sosial tentu sangat berbeda. Perkembangan historislah yang menyebabkan demikian. Dalam analisisnya mengenai perkembangan individu, Cooley mengemukakan teori yang dikenal dengan Looking Glass-Self atau Teori Cermin Diri. Menurutnya di dalam individu terdapat tiga unsur: 1) bayangan mengenai bagaimana orang lain melihat kita; 2) bayangan mengenai pendapat orang lain mengenai diri kita; dan 3) rasa diri yang bersifat positif maupun negatif.
                                                               Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/mead.jpg?w=96&h=140
  12.George Herbert Mead (1863-1931)
George Herbert Mead (1863-1931), salah satu tokoh sentra interaksionisme simbolik menggambarkan pembentukan diri” atau tahap sosialisasi dalam ilustrasi pertumbuhan anak, dimana terdapat tiga tahap pertumbuhan anak, yakni 1) tahap bermain (play stage); 2) tahap permainan (game stage); dan 3) tahap mengambil peran orang lain (taking role the other).
Manusia tidak bereaksi terhadap dunia sekitar secara langsung, mereka bereaksi terhadap makna yang mereka hubungkan dengan benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar mereka, lampu lalu lintas, antrian pada loket karcis, peluit seorang polisi dan isyarat tangan. W.I. Thomas (1863-1947), mengungkapkan tentang definisi suatu situasi, yang mengutarakan bahwa kita hanya dapat bertindak tepat bila kita telah menetapkan sifat situasinya. Bila seorang laki-laki mendekat dan mengulurkan tangan kanannya, kita mengartikannya sebagai salam persahabatan, bila mendekat dengan tangan mengepal situasinya akan berlainan. Kegagalan merumuskan situasi perilaku secara benar dan bereaksi dengan tepat, dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang menyenangkan.

                                                 Description: https://eunchasiluets.files.wordpress.com/2012/05/ibn-khaldun.jpg?w=614
   13.Ibnu Kholdun : Bapak Sosiologi Islam,Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M – Kairo 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”


 NAMA:ANINDA VINADIA NUGRAENI
NO:05
KELAS:X SOSIAL 1
SEKOLAH:SMAN 01 AMBARAWA